Pound Sterling Turun Setelah Data Pabrik Inggris Beragam - Interstellar Group Indonesia
Lompat ke konten

Interstellar Group

Sebagai produk trading finansial yang rumit, contract for difference (CFD) memiliki risiko tinggi kerugian cepat yang timbul dari fitur leverage-nya. Sebagian besar akun investor ritel mencatat kehilangan dana dalam kontrak karena perbedaan. Anda harus mempertimbangkan apakah Anda telah mengembangkan pemahaman penuh tentang aturan operasi kontrak untuk perbedaan dan apakah Anda dapat menanggung risiko kehilangan dana yang tinggi.    

Pound Sterling Turun Setelah Data Pabrik Inggris Beragam

ISG
Catatan

We recommend that you keep an eye on our market announcements

.right_news

A WORLD LEADER

IN FX & CFD TRADING

Pasar
Berita

Informasi keuangan 24 jam dan berita keuangan internasional global

A WORLD LEADER

IN FX & CFD TRADING

Sponsor &
Tanggung jawab sosial

InterStellar Group bertujuan untuk menjadikan dirinya sebagai perusahaan tangguh dengan kekuatan untuk memberikan dampak positif pada dunia.
Kami juga berkomitmen untuk berkontribusi kembali kepada masyarakat, mengakui nilai setiap individu sebagai bagian integral dari komunitas global kami.

A WORLD LEADER

IN FX & CFD TRADING

การสัมนาสดเกี่ยวกับฟอเร็กซ์

A WORLD LEADER

IN FX & CFD TRADING

12

2024-01

Date Icon
2024-01-12
Prakiraan Pasar
Pound Sterling Turun Setelah Data Pabrik Inggris Beragam
  • Pound Sterling mengalami sell-off setelah data pabrik Inggris beragam.
  • Perekonomian Inggris diprakirakan melaporkan resesi teknis meskipun pertumbuhan PDB November 0,3%.
  • Investor menunggu data IHP AS, pasar tenaga kerja Inggris, dan inflasi untuk tindakan lebih lanjut.

Pound Sterling (GBP) menghadapi koreksi setelah Office for National Statistics (ONS) Inggris melaporkan data pabrik yang beragam untuk bulan November. Pertumbuhan bulanan di sektor manufaktur sedikit lebih tinggi sementara data tahunan gagal memenuhi ekspektasi. Data ekonomi secara keseluruhan sedikit lebih baik dari ekspektasi namun tampaknya tidak mampu meredakan kekhawatiran terhadap resesi teknis yang terjadi pada perekonomian Inggris.

Ke depan, Pound Sterling akan dipandu oleh data pasar tenaga kerja dan inflasi, yang akan dirilis minggu depan. Kondisi pasar tenaga kerja yang menurun dan penurunan tekanan harga lebih lanjut akan memperdalam harapan prospek suku bunga dovish dari Bank of England (BoE) dalam pengumuman kebijakan moneter pertamanya pada tahun 2024 pada tanggal 1 Februari.

Sementara itu, permintaan jangka pendek terhadap Pound Sterling optimis karena membaiknya sentimen pasar. Pasangan GBP/USD tetap berada dalam lintasan bullish karena peluang penurunan suku bunga dari Federal Reserve (The Fed) tetap kuat meskipun laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) Amerika Serikat untuk bulan Desember persisten.

Intisari Penggerak Pasar Harian: Pound Sterling Turun Sementara Dolar AS Mencoba Pulih

  • Pound Sterling telah memangkas kenaikan intraday setelah ONS Inggris melaporkan data pabrik yang beragam untuk bulan November.
  • Produksi Manufaktur bulanan naik 0,4% dibandingkan ekspektasi 0,3% – pada bulan Oktober mengalami kontraksi 1,2%. Pada basis tahunan, data ekonomi naik pada laju yang lebih lambat 1,3% dibandingkan ekspektasi 1,7% namun secara signifikan mengungguli sebelumnya 0,2%.
  • Produksi Industri bulanan naik 0,3% seperti prakiraan dibandingkan kontraksi 1,3% di bulan Oktober. Data pabrik tahunan secara mengejutkan menyusut 0,1% sementara investor memproyeksikan pertumbuhan signifikan 0,7%. Sebelumnya data menunjukkan kontraksi 0,5%.
  • PDB bulanan tumbuh sedikit lebih tinggi 0,3% dibandingkan prakiraan 0,2%. Perekonomian Inggris menyusut 0,3% di Oktober.
  • Data ekonomi tersebut tidak cukup untuk memberikan keyakinan di kalangan pelaku pasar bahwa perekonomian Inggris akan terhindar dari resesi teknis pada kuartal terakhir 2023.
  • Akan sulit bagi para pengambil kebijakan Bank of England (BoE) untuk membuat pilihan antara tekanan harga yang lebih tinggi dan prospek ekonomi yang rentan.
  • Meskipun belum ada diskusi dari para pengambil kebijakan BoE mengenai penurunan suku bunga, para investor melihat bank sentral menurunkan biaya pinjaman tahun ini untuk menghindari konsekuensi dari ‘pengetatan yang berlebihan’.
  • Minggu depan, pergerakan Pound Sterling akan dipandu oleh pasar tenaga kerja untuk bulan November dan data inflasi untuk bulan Desember, yang akan menjadi dasar untuk pertemuan kebijakan moneter bulan Februari.
  • Kondisi pasar tenaga kerja Inggris menurun dengan cepat karena para pemberi kerja menunjukkan penurunan lowongan kerja 32% pada bulan Desember dibandingkan tahun lalu. Departemen Recruitment and Employment Confederation (REC) mengatakan bahwa pekerjaan tetap telah menurun sepanjang tahun 2023.
  • Permintaan terhadap aset-aset yang dipersepsikan berisiko optimis sementara Indeks Dolar AS (DXY) telah jatuh kembali ke support penting 102,30.
  • Indeks USD gagal memanfaatkan data inflasi yang sangat tinggi karena spekulasi yang mendukung penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) tetap kuat.
  • Kenaikan yang dihasilkan setelah rilis inflasi dalam Indeks USD dipangkas karena inflasi inti terus melemah sementara inflasi utama naik tajam dan para pengambil kebijakan The Fed umumnya mempertimbangkan data IHK inti untuk pengambilan keputusan.
  • Pada sesi hari ini, Indeks USD akan terlihat beraksi setelah rilis data Indeks Harga Produsen (IHP) Amerika Serikat untuk bulan Desember, yang akan dipublikasikan pada pukul 13:30 GMT (20:30 WIB).

Analisis Teknis: Pound Sterling Bertujuan untuk Merebut Kembali 1,2800

Pound Sterling menghadapi tekanan dari tertinggi dua minggu di sekitar 1,2790 setelah rilis data pabrik Inggris. Daya tarik yang lebih luas pada pasangan GBP/USD optimis karena Exponential Moving Averages (EMA) 20 dan 50-hari cenderung lebih tinggi. Cable bertujuan untuk bertahan di atas retracement Fibonacci 61,8% di 1,2710 (pergerakan dari tertinggi 13 Juli 2023 di 1,3142 ke terendah 4 Oktober 2023 di 1,2037).

Relative Strength Index (RSI) 14-periode mencoba menembus di atas 60,00. Momentum bullish akan terpicu jika RSI (14) berhasil menembusnya.

Terbaru
BERITA