- Pound Sterling turun tajam karena Penjualan Ritel Inggris mengalami penurunan signifikan pada bulan Desember.
- Krisis biaya hidup yang semakin parah memaksa rumah tangga untuk memangkas belanja meskipun sedang musim perayaan.
- BoE mungkin terus menegaskan perlunya suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
Pound Sterling (GBP) turun tajam setelah Office of National Statistics (ONS) Inggris melaporkan data Penjualan Ritel bulan Desember yang suram. Belanja rumah tangga Inggris mengalami penurunan yang signifikan karena individu menghadapi beban berat berupa lebih tingginya suku bunga dan inflasi harga konsumen, yang memperparah krisis biaya hidup. Penurunan tajam dalam penjualan high street diprakirakan dapat mengurangi tekanan terhadap prospek inflasi yang tinggi, namun pada akhirnya itu tidak cukup untuk mengubah keadaan.
Kontraksi yang signifikan dalam Penjualan Ritel dapat meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga lebih awal oleh Bank of England (BoE). Meskipun belanja konsumen Inggris mengalami penurunan yang signifikan, para pembuat kebijakan BoE diprakirakan akan mempertahankan kebijakan moneter yang ketat sampai mereka yakin bahwa inflasi akan kembali ke target 2% secara tepat waktu dan berkelanjutan.
Ke depan, para pelaku pasar akan mengalihkan fokus mereka ke data IMP S&P Global pendahuluan untuk bulan Januari, yang akan dirilis minggu depan. IMP Manufaktur Inggris telah mengalami kontraksi selama lebih dari satu tahun dan diprakiarkan akan terus tertekan.
Intisari Penggerak Pasar Harian: Pound Sterling Turun Tajam Setelah Data Belanja Konsumen Inggris yang Suram
- Pound Sterling menghadapi sell-off yang intens setelah ONS melaporkan penurunan tajam dalam data Penjualan Ritel untuk bulan Desember.
- Penjualan Ritel tidak termasuk harga bahan bakar turun tajam 3,3% dibandingkan ekspektasi turun 0,6%. Data ekonomi naik 1,5% di November. Pada basis tahunan, belanja konsumen (tidak termasuk bahan bakar) secara mengejutkan mengalami kontraksi 2,1% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. konsensusnya adalah naik 1,3%.
- Penjualan bulanan di toko ritel mengalami kontraksi tajam 3,2% setelah naik 1,4% di November. Para investor mengantisipasi penurunan lebih lambat 0,5%. Pada basis tahunan, belanja konsumen secara mengejutkan menyusut 2,4% sementara para investor memproyeksikan pertumbuhan 1,1%. Pada bulan November, data ekonomi sedikit naik 0,2%.
- Data Penjualan Ritel yang suram diprakirakan akan meredakan prospek inflasi yang kaku.
- Data ini diprakirakan akan memberikan kelegaan temporer bagi para pengambil kebijakan Bank of England (BoE), yang khawatir pada risiko kenaikan tekanan harga setelah rilis data inflasi yang sangat tinggi untuk bulan Desember.
- Namun, tekanan dari semakin dalamnya kekhawatiran resesi karena prospek ekonomi yang rentan akan membuat para pengambil kebijakan BoE tetap waspada.
- Ini akan menjadi tindakan penyeimbang bagi para pembuat kebijakan BoE dalam memutuskan apakah akan bersikap dovish untuk melindungi perekonomian dari resesi atau mempertahankan kebijakan moneter yang ketat untuk menurunkan inflasi menuju 2%.
- Sementara itu, perusahaan perbankan investasi Goldman Sachs mengantisipasi BoE akan mulai menurunkan suku bunga mulai Agustus tahun ini. Perusahaan pialang tersebut kini memprakirakan suku bunga akan diturunkan 75 basis poin (bp) pada akhir 2024.
- Sentimen pasar tenang di tengah tidak adanya indikator-indikator ekonomi tingkat tinggi dari AS. Sementara itu, pelaku pasar akan fokus pada pidato Mary Daly dari Fed San Francisco.
- Daly diprakirakan akan memberikan panduan hawkish terkait suku bunga sampai para pengambil kebijakan yakin bahwa inflasi akan kembali ke 2% pada waktu yang tepat.
- Pada hari Kamis, Presiden Federal Reserve Bank of Atlanta Raphael Bostic mengatakan bahwa penurunan suku bunga hanya boleh dilakukan jika bank sentral mendapatkan bukti yang mengindikasikan inflasi akan kembali ke target 2% secara berkelanjutan.
- Bostic memperingatkan bahwa penurunan suku bunga yang terlalu dini dapat meningkatkan tekanan harga dan mengganggu upaya yang telah dilakukan selama ini untuk mengurangi inflasi yang lebih tinggi.
Analisis Teknis: Pound Sterling Menghadapi Tekanan di Dekat 1,2700
Pound Sterling turun tajam setelah menghadapi tekanan jual di dekat resistance angka bulat 1,2700. Daya tarik jangka pendek untuk pasangan GBP/USD tidak lagi bullish karena gagal naik di atas Exponential Moving Average (EMA) 20-hari, yang diperdagangkan di sekitar 1,2690. Sementara EMA 50-hari terus menjadi support untuk pembeli Pound Sterling.
Relative Strength Index (RSI) 14-periode diperdagangkan dalam kisaran 40,00-60,00, mengindikasikan konsolidasi ke depan di tengah tidak adanya pemicu ekonomi potensial.