- EUR/USD berupaya melanjutkan perjalanan naiknya menuju 1,0900 di tengah suasana pasar yang ceria.
- Para investor telah mencerna ekspektasi kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) dari The Fed.
- Suku bunga yang lebih tinggi dari The Fed dan kondisi kredit yang ketat oleh bank-bank AS telah memaksa investor untuk menurunkan pertumbuhan S&P500.
Pasangan EUR/USD dengan cepat mendekati resistensi level bulat di 1,0900 di sesi Asia. Pasangan mata uang utama ini telah melanjutkan reli di atas 1,0880 karena para investor telah mencerna ekspektasi kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) dari Federal Reserve (Fed). Sentimen pasar yang optimis telah memaksa Indeks Dolar AS (DXY) untuk melakukan koreksi lebih lanjut.
Indeks USD telah merosot lebih jauh mendekati 102,33 di tengah sentimen pasar yang positif. Sementara itu, indeks S&P500 berjangka telah menghasilkan beberapa kenaikan menjelang musim laporan keuangan kuartalan. Menurut estimasi Refinitiv, S&P500 diharapkan akan melaporkan penyusutan laba sebesar 5,2% dibandingkan dengan prakiraan pertumbuhan 1,4% yang diantisipasi pada awal tahun.
Kenaikan suku bunga The Fed dan ketatnya kondisi kredit bank-bank komersial AS telah memaksa investor untuk menurunkan proyeksi pertumbuhan S&P500.
Indeks USD yang menurun telah mendukung permintaan untuk obligasi pemerintah AS. Hal ini menyebabkan penurunan Imbal Hasil Obligasi AS bertenor 10 tahun menjadi 3,40%.
Dolar AS diharapkan akan tetap sangat fluktuatif karena investor menunggu rilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) pada hari Rabu. Para analis di TD Securities mengharapkan inflasi umum akan naik 0,1% di bulan Maret, dan IHK inti sebesar 0,4%. Mereka melihat IHK melambat menjadi 3,6% pada kuartal keempat.
Dari sisi Zona Euro, Euro akan dipengaruhi oleh data Penjualan Ritel (Maret). Data Penjualan Ritel bulanan dapat mengalami kontraksi sebesar 0,8%. Dan, Penjualan Ritel tahunan dapat berkontraksi lebih lanjut menjadi 3,5%. Pasar sangat yakin akan pemulihan ekonomi di benua Eropa di tengah kekurangan tenaga kerja, yang mengindikasikan pemanfaatan kapasitas yang optimal oleh perusahaan.